PENDIDIKAN

Anyaman Go Internasional: Mengenalkan Budaya Kita ke Dunia

Heri Suprayogi
23 Agustus 2025, 09.07 WIB Last Updated 2025-08-23T02:07:07Z
masukkan script iklan disini

 


KLATEN - Ketika berbicara tentang karya seni, banyak orang langsung membayangkan galeri megah atau pameran kelas dunia. Namun, siapa sangka inspirasi itu justru datang dari sebuah ruang kelas sederhana di SDN Ngemplak. Di sanalah saya, sebagai mahasiswa KKN, mendapat kesempatan untuk mengajak siswa-siswi kelas 6 mengenal kembali seni anyaman warisan budaya yang kini berpeluang menembus pasar internasional. (24 Juli 2025).


Awalnya, anak-anak mengira anyaman hanyalah kerajinan sederhana yang biasa dijual di pasar lokal. Mereka belum membayangkan bahwa motif dan teknik yang diwariskan nenek moyang kita bisa memikat hati orang dari berbagai belahan dunia. Maka, saya memulai dengan cerita: bagaimana pengrajin dari desa-desa di Indonesia berhasil mengirim hasil karyanya hingga ke Eropa, Jepang, dan Amerika, bahkan dengan harga yang membuat mereka bangga.


Kegiatan kami dimulai dari hal paling dasar: mengenal bahan. Dari bambu tipis, daun pandan, hingga pita warna-warni  semuanya bisa menjadi media anyaman. Anak-anak belajar bahwa kreativitas tidak terbatas pada bahan mahal; yang penting adalah keterampilan, ketelitian, dan rasa cinta pada prosesnya. Saya melihat sendiri bagaimana wajah mereka berubah dari ragu menjadi antusias. Tangan-tangan kecil itu mulai menyilangkan helai demi helai dengan penuh konsentrasi. Setiap kesalahan menjadi bahan tawa sekaligus pelajaran. Dan ketika hasil pertama jadi, rasa bangga pun tak terbendung.

Yang paling berkesan adalah ketika saya memperlihatkan foto-foto karya anyaman yang berhasil masuk ke pameran internasional. Anak-anak terkejut, “Kok bisa sampai ke luar negeri, Kak?” Saat itulah saya menjelaskan, bahwa dengan internet, media sosial, dan platform e-commerce, karya mereka tidak lagi terbatas pada pembeli lokal.


Lewat kegiatan ini, saya tidak hanya ingin mengajarkan teknik anyaman, tetapi juga membuka wawasan: bahwa mereka punya potensi menjadi bagian dari rantai kreatif global. Dari SDN Ngemplak, karya bisa melintasi lautan. Dari ruang kelas sederhana, mimpi besar bisa tumbuh.


Bagi saya, KKN ini bukan sekadar program kerja, melainkan momen membuktikan bahwa pemberdayaan harus dimulai dari usia dini. Siapa tahu, beberapa tahun lagi, salah satu dari anak-anak yang saya ajar akan menjadi pengusaha kreatif yang produknya dikenal di mancanegara.

Karena sejatinya, untuk go internasional, yang kita butuhkan adalah keyakinan dan di SDN Ngemplak, keyakinan itu sudah mulai teranyam.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Politik

+