KOTA BOGOR - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yantie Rachim mengajak jajarannya dan kader posyandu di seluruh Kota Bogor untuk meningkatkan edukasi masyarakat melalui pentingnya “ABCDE” pencegahan stunting.
A, adalah *Aktif* minum Tablet Tambah Darah untuk remaja putri dan ibu hamil.
B, adalah *Bumil* rutin periksa kehamilan minimal 6 kali, termasuk 2 kali pemeriksaan USG oleh dokter.
C, adalah *Cukupi* konsumsi protein hewani harian, terutama untuk bayi di atas 6 bulan.
D, adalah *Datang* ke posyandu setiap bulan untuk pemantauan tumbuh kembang.
E, adalah *Eksklusif* ASI selama 6 bulan, dilanjutkan dengan MPASI bergizi setelahnya.
Stunting, jelas Yantie Rachim, adalah masalah serius dan menjadi perhatian pemerintah pusat karena dapat memengaruhi masa depan generasi penerus.
Anak stunting mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak, yang berdampak pada rendahnya kemampuan belajar, kesehatan jangka panjang, hingga produktivitas di masa depan.
“Saya berharap kegiatan sosialisasi hari ini dapat memperkuat komitmen kita bersama dan menambah pengetahuan untuk diterapkan di wilayah masing-masing. Mari kita terus bergerak bersama, berkolaborasi, dan bekerja keras demi masa depan generasi penerus bangsa yang lebih baik,” kata Yantie Rachim di Aula TP PKK Kota Bogor, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah, Senin (26/5/2025).
Yantie Rachim menambahkan bahwa berdasarkan data prevalensi stunting Kota Bogor tahun 2023 sebesar 18,2 persen, menurun dibandingkan tahun 2022.
“Ini adalah hasil kerja keras kita semua, tetapi masih banyak yang harus kita lakukan agar angka ini semakin turun menuju target Zero Stunting. Melalui program seperti pemberian makanan tambahan, pembagian telur, dan edukasi gizi, kita berharap setiap anak di Kota Bogor dapat tumbuh sehat, cerdas, dan kuat,” tegas Yantie Rachim.
Yantie Rachim menyoroti bahwa penyebab stunting tidak hanya soal kekurangan makanan, tetapi juga pola asuh yang kurang tepat, kesehatan ibu sejak remaja, jarak kelahiran yang terlalu dekat, hingga kondisi sanitasi dan lingkungan.
Oleh karena itu, ia berharap pencegahan stunting perlu dilakukan secara terpadu melalui peran keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
"Peran posyandu sangat penting, dan para kadernya merupakan garda terdepan," tutupnya. (***)