PENDIDIKAN

Mahasiswa KKN Unisri: Edukasi Karakter Anak SDN 1 Tulung dalam Jelajah Dunia Maya

Heri Suprayogi
26 Agustus 2025, 15.38 WIB Last Updated 2025-08-26T08:38:54Z
masukkan script iklan disini


KLATEN - Di era digital, anak-anak sekolah dasar tidak lagi asing dengan gawai dan media sosial. Hampir setiap hari mereka bersentuhan dengan internet, baik untuk hiburan, bermain gim, maupun berkomunikasi. Namun, seringkali mereka belum memiliki pemahaman cukup tentang etika berinteraksi di dunia maya, keamanan data pribadi, dan bahaya yang mengintai.


Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 30% pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak dan remaja usia sekolah. Fakta ini menggambarkan besarnya potensi, sekaligus risiko, jika anak-anak tidak dibekali literasi digital sejak dini.


Berangkat dari fenomena tersebut, Amanda Deva Audria, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), melalui program KKN PPM, melaksanakan program kerja individu bertajuk “Penguatan Karakter dalam Jelajah Dunia Maya pada Anak Tingkat Dasar untuk Penggunaan Media Sosial yang Aman dan Beretika”. Kegiatan ini berlangsung di SDN 1 Tulung, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, pada 22 Juli 2025.


Hasil observasi awal Amanda menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SDN 1 Tulung sudah mengenal gawai. Beberapa bahkan memiliki akun media sosial sendiri. Meski begitu, mereka belum sepenuhnya paham tentang etika digital. Ada yang menggunakan media sosial hanya untuk bermain, ada yang belum tahu risiko menerima pesan dari orang asing, bahkan ada yang belum sadar pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi.


Melihat kondisi ini, Amanda merasa perlu melakukan edukasi. Menurutnya, pendidikan karakter di era digital tidak cukup hanya di dunia nyata, tetapi juga harus menyentuh dunia maya.


Kegiatan dilaksanakan di ruang kelas dengan peserta siswa kelas 6 SDN 1 Tulung. Amanda memulai acara dengan perkenalan ringan, kemudian bertanya kepada anak-anak: siapa saja yang sudah punya HP sendiri, siapa yang pernah membuka media sosial, dan apa yang mereka lakukan di sana. Pertanyaan ini membuat suasana cair dan anak-anak tampak antusias mengangkat tangan.


Setelah itu, Amanda menyampaikan materi utama dengan metode ceramah singkat yang diselingi gambar ilustrasi, dan permainan interaktif. Materi yang diberikan mencakup:


• Etika di dunia maya: pentingnya berbicara sopan, tidak mengejek, tidak menyebar hoaks.


• Keamanan data pribadi: tidak membagikan alamat, nomor HP, atau kata sandi ke sembarang orang.


• Bahaya cyberbullying: contoh kasus sederhana yang bisa terjadi antar teman sebaya.


• Bijak menggunakan waktu: tidak kecanduan game atau media sosial hingga melupakan belajar.


Untuk menghindari kebosanan, Amanda melanjutkan dengan kuis ringan berhadiah. Siswa yang bisa menjawab diberi hadiah kecil. Suasana kelas menjadi semarak, penuh gelak tawa, tetapi tetap fokus pada materi.


Sejak awal hingga akhir kegiatan, siswa terlihat bersemangat. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga aktif merespons. Hal ini menunjukkan bahwa metode interaktif yang digunakan efektif menjaga perhatian anak-anak.


Beberapa siswa bahkan berani bercerita pengalaman pribadi mereka, misalnya pernah menerima pesan dari orang asing atau bermain game online hingga larut malam. Dari situ terlihat bahwa anak-anak memang membutuhkan bimbingan lebih agar bisa menggunakan media sosial secara sehat.


Amanda sendiri mengaku mendapat pengalaman berharga dari kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa pendidikan karakter di era digital memang harus menjadi perhatian bersama.


“Melalui program ini saya ingin anak-anak sadar bahwa dunia maya bukan hanya tempat bermain, tapi juga ruang untuk belajar dan berinteraksi. Kalau tidak hati-hati, mereka bisa terjebak hal-hal negatif. Karena itu penting sekali menanamkan karakter baik sejak dini agar mereka bisa menggunakan media sosial dengan aman dan beretika.”


Meski berlangsung hanya sekitar dua jam, dampak kegiatan sudah terlihat. Anak-anak mampu menyebutkan kembali aturan dasar penggunaan media sosial dengan bahasa mereka sendiri, seperti:


• “Tidak boleh marah-marah di medsos.”


• “Jangan kasih tahu alamat rumah ke orang asing.”


• “Harus sopan ke teman.”


Selain itu, pihak sekolah merasa terbantu karena mendapat tambahan materi yang tidak selalu ada di kurikulum formal. Bagi Amanda, kegiatan ini juga menjadi wadah menerapkan ilmu yang dipelajari di kampus ke dalam kehidupan nyata. Ia belajar bagaimana cara menyampaikan materi kompleks menjadi sederhana dan mudah dipahami anak-anak.


Program kerja individu KKN PPM UNISRI di Desa Tulung ini membuktikan bahwa edukasi literasi digital bagi anak-anak sangat penting. Dengan metode yang sederhana, interaktif, dan menyenangkan, anak-anak bisa belajar etika berinternet tanpa merasa digurui.


Kegiatan “Penguatan Karakter dalam Jelajah Dunia Maya pada Anak Tingkat Dasar” bukan hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga menanamkan kepercayaan diri pada anak-anak untuk berkata “Saya bisa menggunakan media sosial dengan bijak.”


Harapannya, program serupa tidak berhenti pada kegiatan KKN, tetapi dapat berlanjut menjadi agenda rutin sekolah maupun komunitas desa. Dengan begitu, generasi muda Desa Tulung akan tumbuh menjadi generasi digital yang cerdas, beretika, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Politik

+